Monday, December 23, 2019

PENURUNAN KONSEP


BAB II
PENURUNAN KONSEP
2.1.      Landasan Teori
Landasan teori adalah teori-teori yang mempunyai hubungan yang erat dengan alternatif penyelesaian masalah yang  digunakan untuk menguraikan pemecahan masalah yang ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan secara teoritis. Hal-hal yang akan dibahas pada landasan teori modul penurunan konsep adalah pengertian konsep, pengertian penurunan konsep, metode penurunan konsep, tabel kombinasi dan pohon klasifikasi. Berikut ini merupakan landasan teori berkaitan dengan penurunan konsep.


2.1.1        Pengertian Konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran singkat atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah produk yang dapat memuaskan pelanggan dan dapat sukses dipasaran bergantung pada nilai yang tinggi untuk nilai ukuran kualitas yang mendasari konsep (Ulrich, 2001).
Menurut Ulrich et al., 2000 proses pengembangan produk yang umum terdiri dari enam tahap. Proses ini diawali dengan suatu fase perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan tekhnologi dan penelitian tingkat lanjut. Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah peluncuran produk, di mana produk tersedia untuk dibeli di pasar.

2.1.2    Pengembangan Produk dan Fasenya
Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga disebut sebagai fase.
Menurut Ulrich dan Eppinger (2012) dalam bukunya yang berjudul “Product Design and Development”, proses pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu:
1.         Perencanaan Kegiatan perencanaan ini sering dirujuk sebagai “zerofase” karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
2.        Pengembangan Konsep Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertambangan ekonomis proyek.
3.        Perancangan Tingkatan Sistem Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponenkomponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasannya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.
4.        Perancangan Detail Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk
5.        Pengujian dan Perbaikan Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototipe awal diuji untuk menentukan apakah produkn akan bekerja sesuai dengan yang direncakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan konsumen utama.
6.        Produksi Awal Pada fase produksi awal,produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangankekurangan yang timbul.

2.1.3    Kesalahan yang Dilakukan Tim Pengembang
            Kesalahan yang dilakukan oleh tim pengembang dapat berakibat pada hasil konsep terpilih dan alternative menjadi tidak sempurna. Kesalahan yang dilakukan tim pengembang dalam menurunkan konsep meliputi:
1.   Hanya mempertimbangkan 1 atau 2 alternatif. Pertimbangan ini biasanya dilakukan oleh anggota yang paling agresif dan percaya diri di dalam tim
2.   Kegagalan mempertimbangkan kegunaan konsep yang dipakai oleh perusahaan lain, baik yang berhubungan maupun tidak dengan produk yang sedang dikembangkan
3.   Hanya melibatkan 1 atau 2 orang dalam proses, menyebabkan kurangnya kepercayaan dan tanggung jawab dari anggota tim lainnya
4.   Integrase yang tidak efektif untuk menemukan solusi parsial yang menjanjikan
5.    Kesalahan mempertimbangkan seluruh kategori penyelesaian

2.1.4    Metode penyusunan konsep
Metode penyusunan konsep terdiri dari lima langkah merupakan metode untuk memecahkan sebuah masalah kompleks yang dikelompokan menjadi submasalah menjadi lebih sederhana. Konsep penyelesaian yang dikenalkan untuk submasalah menggunakan prosedur pencarian internal dan eksternal. Tabel Kombinasi digunakan untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian submasalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Berikut merupakan metode penyusunan konsep terdiri lima langkah (Ulrich, 2001):
1.        Memperjelas masalah
Memperjelas masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan pemecahan sebuah masalah menjadi sub-masalah. Membagi sebuah masalah menjadi sub masalah yang lebih sederhana disebut dekomposisi masalah. Langkah yang digunakan untuk memperjelas masalah terbagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu (Ulrich, 2001):
       a. Dekomposisi Fungsi
Dekomposisi fungsi untuk menggambarkan elemen-elemen fungsional dari produk tanpa menunjuk sebuah prinsip teknik kerja tertentu untuk konsep produk. Dekomposisi fungsi sesuai untuk diaplikasikan pada produk teknik dan dapat diaplikasikan juga pada produk yang sederhana dan nonteknis.
      b.   Dekomposisi Berdasarkan Urutan Penggunaan
Pendekatan ini seringkali digunakan untuk produk dengan fungsi-fungsi teknis yang sangat sederhana yang melibatkan interaksi banyak pemakai.
       c. Dekomposisi Berdasarkan Kebutuhan Utama Pelanggan
Pendekatan ini seringkali digunakan untuk produk yang masalah utamanya adalah bentuk, bukan prinsip kerja atau teknologinya.
Tujuan semua dekomposisi dapat membagi sebuah masalah kompleks menjadi sederhana sehingga dapat ditangani dengan lebih terfokus.
2.        Pencarian Eksternal
Pencarian eksternal bertujuan untuk menemukan pemecahan keseluruhan masalah dan submasalah yang ditemukan selama langkah memperjelas masalah. Mengumpulkan informasi dari pengguna utama, pakar, literature yang telah dipublikasikan dan produk yang berhubungan. Pencarian eksternal menggunakan 5 cara yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber eksternal, yaitu:
a.     Mewawancara pengguna utama.
b.    Konsultasi pakar.
c.     Mencari paten.
d.    Mencari literatur yang sudah dipublikasikan.
e.     Analisis (benchmarking) produk terkait.
3.        Pencarian internal
Pencarian internal merupakan penggunaan pengetahuan dan kreatifitas dari tim dan pribadi untuk menghasilkan konsep solusi. Pencarian bersifat internal berarti semua pemikiran berasal dari langkah yang dihasilkan ilmu pengetahuan, kreatifitas dari tim maupun pribadi yang sudah dalam pengembangan produk. Pencarian Internal memiliki empat pedoman berguna untuk perbaikan baik pencarian internal individu maupun kelompok:
a.     Menunda keputusan.
b.    Menghasilkan banyak ide atau pemikiran.
c.     Terima ide-ide yang kelihatannya tidak dapat dilaksanakan.
d.    Menggunakan media fisik dan alat bantu spesifik.
Pencarian internal memiliki beberapa cara untuk menghasilkan konsep solusi.yaitu:
a.     Membuat analogi.
b.    Keinginan dan harapan.
c.     Menggunakan stimulus yang berkaitan.
d.    Menggunakan stimulus yang tidak berhubungan.
e.     Menetapkan sejumlah tujuan.
f.      Menggunakan metode galeri.
4.        Menggali secara sistematis
Sebagai hasil dari kegiatan pencarian secara eksternal dan internal, tim telah mengumpulkan puluhan atau ratusan penggalan konsep, yaitu yang merupakan solusi untuk sub-submasalah. Penggalian sistematik ditujukan untuk mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur dan mengumpulkan penggalan solusi ini. Terdapat 2 alat spesifik untuk mengatur kerumitan dan mengatur pemikiran tim, yaitu: pohon klasifikasi konsep dan tabel kombinasi konsep. Pohon klasifikasi membantu tim membagi beberapa penyelesaian yang mungkin menjadi kelompok yang independen. Tabel kombinasi memandu tim dalam mempertimbangkan secara selektif kombinasi setiap penggalan.
5.        Merefleksikan pada hasil dan proses
Merefleksikan pada hasil dan proses adalah mengidentifikasi peluang untuk perbaikan pada literasi berikutnya atau proyek yang akan datang sebagai penyusunan umpan balik. Langkah yang terdapat diakhir saat melakukan refleksi pada keseluruhan proses dari perencanaan dan proses strategi, tim untuk memperkirakan kualitas hasil dan proses. Langkah ini merupakan awal ini waktu untuk perbaikan masalah yang terjadi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.5    Tabel Kombinasi
     Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi biasanya harus dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi (Ulrich, 2001).

2.1.6    Pohon Klasifikasi
Pohon klasifikasi membantu untuk membagi beberapa penyelesaian yang mungkin menjadi kelompok yang independen. Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin terjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Berikut merupakan empat manfaat penting pohon klasifikasi konsep (Ulrich, 2001):
1.        Memangkas cabang yang hanya sedikit memberikan harapan.
2.        Mengidentifikasi pendekatan yang terpisah tehadap masalah.
3.        Mengidentifikasi perhatian yang tidak merata pada cabang-cabang tertentu.
4.        Perbaikan dekomposisi masalah untuk cabang tertentu yang bersesuaian.

2.2.      Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan menjelaskan  hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan pada penurunan konsep. Hal yang akan dijelaskan adalah data penunjang, pohon klasifikasi dan tabel kombinasi. Berikut adalah penjelasan dari penurunan konsep.

2.2.1    House Of Quality
 House of Quality (HOQ) adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment (QFD). HOQ memperlihatkan struktur untuk mendesain dan membentuk suatu siklus dan bentuknya menyerupai sebuah rumah kunci. Dalam membangun HOQ  adalah difokuskan pada kebutuhan konsumen sehingga proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang di inginkan oleh konsumen dari pada dengan teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang penting dari konsumen.
House of Quality (HOQ) yang telah disebar melalui kuesioner dan pembuatannya diambil dari kebutuhan pelanggan tingkat tersier yang dapat dicabangkan. HOQ ini berfungsi memudahkan perusahaan untuk mengetahui konsep produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dimana kebutuhan pelanggan tersebut dapat diturunkan menjadi karakteristik teknis dari produk rak toples. Berikut adalah gambar 2.1 House of Quality Produk Rak Toples

Gambar 2.1 House of Quality Produk Rak Toples
Berdasarkan kebutuhan pelanggan yang berasal dari kuesioner yang telah disebar pada 30 responden. Hasil yang didapatkan adalah keinginan pelanggan masih bersifat subyektif, sehingga hasil dari kuesioner tersebut dapat diterjemahkan dalam pernyataan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kebutuhan pelanggan yang dibutuhkan yaitu fitur tambahan berupa kaca pada produk rak toples, jenis material yang digunakan kayu multipleks, kapasitas produk yang dibutuhkan pelanggan berukuran sedang, sifat produk yang diinginkan konsumen dapat bertahan lama. Berdasarkan karakteristik teknis yang berasal dari spesifikasi produk yang telah diterjemahkan sesuai kebutuan pelanggan. Hasil karakteristik teknis adalah jenis material, panjang, lebar, tinggi, inovasi berupa kaca, dan memiliki ketahanan dipernis pada rak toples.
Costumer importance adalah nilai bobot kepentingan dari kebutuhan pelanggan yang berasal dari kesimpulan kuesioner tertutup sesuai dengan bobot terbanyak. Customer Importance untuk menilai bobot kepentingan menggunakan skala likert dari nilai angka 1 sampai 5. Nilai 1 memiliki arti sangat tidak setuju, nilai 2 memiliki arti tidak setuju, nilai 3 memiliki arti agak setuju, nilai 4 memiliki arti setuju, dan nilai 5 memiliki arti sangat setuju.  Kebutuhan pelanggan yang terdapat pada HOQ rak toples memiliki nilai bobot pada fitur tambahan berupa kaca sebesar 5.0 yang berarti sangat setuju, produk berjenis material kayu yang digunakan mendapat nilai bobot sebesar 5.0 yang berarti sangat setuju, berukuran sedang pada produk rak toples mendapat nilai bobot sebesar 5.0 yang berarti sangat setuju, dan produk tahan lama pada rak toples mendapat nilai sebesar 4.0 yang berarti setuju.
How much merupakan gambaran tentang penjelasan dari perubahan pada produk. Jenis material yang digunakan yaitu kayu multipleks memiliki simbol ­ yang artinya ada peningkatan pada jenis material yang digunakan rak toples. Panjang sebesar 42 cm memiliki simbol ­ yang artinya ada peningkatan panjang pada rak toples. Lebar sebesar 33 cm memiliki simbol ­ yang artinya  ada peningkatan lebar pada rak toples. Tinggi sebesar 42 cm memiliki simbol ­ yang artinya ada peningkatan tinggi pada rak toples. Fitur tambahan berupa kaca sebesar 1 unit memiliki symbol 0 yang artinya tidak ada peningkatan pada inovasi rak toples. Ketahanan yang digunakan adalah pernis yang memiliki simbol ­ yang artinya ada peningkatan pada ketahanan rak toples.
Weighted importance adalah nilai bobot kepentingan dari jumlah perhitungan keseluruhan korelasi antara karakteristik teknis dengan kebutuhan pelanggan dikali dengan Customer importance dengan hasil yang terbesar harus diutamakan terlebih dahulu dalam pembuatan sebuah produk. Relative importance merupakan gambaran grafik yang dibuat untuk mempermudah membaca data weighted importance. Jenis material memiliki nilai weighted importance sebesar 81.0, panjang memiliki nilai weighted importance sebesar 90.0, lebar memiliki nilai weighted importance sebesar 90.0, tinggi memiliki nilai weighted importance sebesar 90.0, kaca memiliki nilai weighted importance sebesar 45.0, dan pernis memiliki nilai weighted importance sebesar 36.0. Karakteristik yang diterapkan pada rak toples yaitu memiliki nilai pada Weighted importance yang memiliki nilai tertinggi. Nilai tertinggi pada Weighted importance merupakan prioritas lebih tinggi untuk diwujudkan oleh perusahaan dibandingkan dengan karakteristik lainnya. Karakteristik yang akan diterapkan yaitu Jenis material yang digunakan berupa kayu multipleks, panjang sebesar 42 cm, lebar sebesar 33 cm, dan tinggi sebesar 42 cm.

2.2.2    Pohon Klasifikasi Keseluruhan
Menurut  Breiman et al. (1984), metode pohon regresi dan pohon klasifikasi adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara peubah respon dengan satu set peubah prediktor. Pohon klasifikasi bertujuan untuk menghasilkan pengklasifikasian yang akurat  dan menjelaskan prediksi data baru dalam tiap kategori yang terdapat dalam respon
Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin terjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Pohon klasifikasi rak toples tersebut memberikan cabang berupa yang dipangkas dari alternatif-alternatif kebutuhan pelanggan. Pohon kalsifikasi terdiri dari dua buah, yaitu pohon klasifikasi konsep keseluruhan dan pohon kalsifikasi konsep terpilih. Perbedaan dari keduanya terdapat pada jumlah cabangnya, dimana pohon kalsifikasi konsep terpilih telah memangkas beberapa cabang dari pohon klasifikasi konsep keseluruhan. Tampilan visual dari pohon klasifikasi mirip dengan pohon dalam posisi yang terbalik, dimana simpul akar (root node) berada di atas dan pohonnya tumbuh ke bawah. Semula semua data berada pada simpul akar dan selanjutnya bercabang menjadi dua atau lebih simpul dengan aturan pencabangan tertentu. Simpul-simpul baru berisi pengamatan yang lebih sedikit, dan kemudian masing-masing dapat bercabang kembali menjadi simpul-simpul yang baru. Simpul akhir yang tidak mengalami pencabangan biasanya dikenal sebagai simpul daun (leaf node), yang pada sebagian literatur disebut dengan istilah simpul akhir (terminal node). Sedangkan simpul-simpul yang bercabang dikenal sebagai simpul antara (intermediate node). Berikut gambar 2.2 Pohon Klasifikasi Keseluruhan.








Gambar 2.2 Pohon Klasifikasi Konsep Keseluruhan
            Pohon Klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin, menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Pohon klasifikasi konsep keseluruhan menurunkan beberapa alternatif konsep dari kebutuhan pelanggan yang terdapat pada matriks HOQ. Kebutuhan pelanggan yang diturunkan adalah fitur tambahan, jenis material, produk berkapasitas sedang, dan ketahanan. Kebutuhan pelanggan tersebut akan diturunkan menjadi beberapa alternatif karena belum spesifik. Kebutuhan pelanggan yaitu fitur tambahan diturunkan menjadi tiga cabang.  Pelanggan memiliki tiga alternatif pilihan dari fitur tambahan yang dapat dipilih, karena keinginan fitur tambahan dari pelanggan bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan.
Kebutuhan pelanggan yaitu jenis material diturunkan menjadi tiga cabang, yaitu multipleks, jati belanda, mahoni. Multipleks dipilih karena memiliki kelebihan yaitu memiliki harga yang murah, mudah untuk dicari, tidak terlalu berat dan cukup tahan lama. Kekurangan dari kayu multipleks adalah pori-pori dari kayu multipleks tidak padat, sehingga tidak tahan jika terkena air. Mahoni dipilih karena memiliki kelebihan yaitu serat kayu lebih halus dan lebih tahan lama. Kekurangan dari kayu mahoni adalah harga yang tidak murah, banyak diserang hama, dan pembuatan yang cukup sulit karena harus di oven terlebih dahulu. Jati belanda dipilih karena memiliki kelebihan yaitu tingkat pertumbuhan kayu yang cukup tinggi sehingga mudah untuk dicari. Kekurangan dari kayu trembesi adalah rentan diserang hama. Kebutuhan pelanggan yaitu produk berkapasitas sedang dibagi menjadi tiga cabang yaitu memiliki panjang, lebar, dan tinggi sebesar (42 x 33 x 42 ) cm, (40 x 30 x 40 ) cm,  (42 x 32 x 42 ) cm. Perusahaan menyediakan tiga kapasitas produk yang dapat dipilih oleh pelanggan, karena pelanggan memiliki ukuran sedang dengan pemahaman yang berbeda-beda dari setiap pelanggan, oleh karena itu perusahaan mencabangkan produk berkapasitas sedang menjadi tiga alternatif.
Kebutuhan pelanggan yaitu ketahanan dibagi menjadi tiga cabang yaitu, ketahanan dengan cara dipernis, dicat, dan dicat anti rayap. Produk rak toples memiliki kelebihan tersendiri ketika hanya dipernis yaitu dapat meningkatkan nilai estetika pada produk rak toples, dapat melindungi kayu, tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam pelapisan kayunya, dan cepat meresap pada kayu yang dilapisi. Kekurangan dari pelapisan kayu dengan cara dipernis, yaitu produk tidak dapat memenuhi kebutuhan warna yang beragam dari para pelanggan yang ada. Produk rak toples ketika dicat juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu ketika produk rak toples diberi cat maka produk tersebut memiliki nilai lebih dalam hal estetika karena memiliki warna yang diinginkan oleh pelanggan, dapat melindungi kayu, dan proses pewarnaannya merata karena menggunakan kuas, namun kekurangannya adalah proses pengecatan membutuhkan waktu yang cenderung lama dalam hal menunggu cat untuk kering. Percabangan yang terahkir yaitu produk rak toples dicat anti rayap. Produk rak toples ketika dicat anti rayap juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dengan menggunakan cat anti rayap yaitu proses pewarnaannya dibandingkan dengan dipernis dan dicat sangat cepat dikarenakan proses penyemprotan bisa menutupi kayu dengan warna begitu cepat, dapat beragam macam warna yang dapat di pilih, dan dapat melindungi kayu, namun kekurangannya adalah proses pewarnaannya tidak merata, warna cepat memudar, penyerapan warna terhadap produk cukup lama dan harga sebuah cat anti rayap cukup mahal dibandingkan dengan harga cat kayu pada umumnya.

2.2.3    Pohon Klasifikasi Terpilih
Pohon klasifikasi digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Jadi intinya pohon klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian tersebut mengintegrasikan penyelesaian sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya dapat dibuat sebuah langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil, seperti yang digunakan oleh proses. Pohon klasifikasi konsep ini digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Oleh karena itu cabang pendekatan ini tidak dipangkas dan penulis dapat memusatkan perhatiannya pada cabang pohon yang telah ditetapkan sebelumnya. Pohon klasifikasi konsep ini digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan.
Pohon klasifikasi keseluruhan kemudian dilakukan pemangkasan pada beberapa cabang, sehingga menghasilkan pohon klasifikasi konsep terpilih. Berikut gambar 2.3 Pohon Klasifikasi Konsep Terpilih.









Gambar 2.3 Pohon Klasifikasi Konsep Terpilih
            Pohon klasifikasi merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk mengeliminasi atau memangkas solusi yang memiliki sedikit harapan. Berdasarkan pohon klasifikasi diatas diketahui memiliki kepala cabang berjumlah 4, kepala cabang posisi pertama yaitu produk berjenis material kayu, yang memiliki 3 solusi, pada solusi pertama yaitu multipleks dikarenakan menggunakan harga, yang murah dan juga bersifat serviceability akan tetapi memiliki kekurangan terhadap estetika atau keindahan. Pada solusi ke dua menggunakan kayu berjenis multipleks yang memiliki sifat durability yang kuat akan tetapi memerlukan harga yang mahal. Solusi ke 3 yaitu berjenis kayu manoni akan tetapi susah untuk dilakukan perbaikan. Kemudian kepala cabang kedua yaitu produk bersifat tahan lama pada kepala cabang kedua terdapat 2 solusi yaitu pada solusi pertama yaitu pernis dikarenakan memiliki estetika pada produk dan juga membuat produk tahan lama, untuk solusi kedua yaitu cat air rayap yang memiliki daya tahan terhadap hama yaitu rayap. Pada kepala cabang ketiga adalah berukuran sedang dengan solusi berjumlah dua, solusi pertama berukuran atau dimensi 42 cm x 33 cm x 42 cm dengan solusi kedua memiliki dimensi 40 cm x 30 cm x 40 cm. Pada kepala cabang berakhir yaitu fitur tambahan dengan memiliki 2 solusi yang pertama yaitu fitur kaca untuk memanjakan konsumen, solusi kedua yaitu yang kedua adalah tutup rak yang berguna untuk membuat produk terlihat rapih.

2.2.4    Tabel Kombinasi
Tabel kombinasi adalah daftar data yang menggabungkan beberapa objek dari suatu grup tanpa memperhatikan urutan. Pembuatan tabel kombinasi bersumber dari pohon klasifikasi konsep terpilih, dimana setiap cabang dari pohon klasifikasi konsep terpilih dilakukan kombinasi antara satu dengan yang lainnya.Tabel kombinasi berjumlah 16 buah konsep yang terdiri dari konsep A sampai P. Berikut tabel 2.1 Tabel Kombinasi
Tabel 2.1 Tabel Kombinasi
Konsep
Produk berjenis material kayu
Produk tahan lama
Berukuran sedang
Memiliki fitur tambahan
A
Multipleks
Pernis
42cm x 33cm x 42cm
Kaca
B
Multipleks
Pernis
42cm x 33cm x 42cm
Tutup rak
C
Multipleks
Pernis
40cm x 30cm x 40cm
Kaca
D
Multipleks
Pernis
40cm x 30cm x 40cm
Tutup rak
E
Multipleks
Cat anti rayap
42cm x 33cm x 42cm
Kaca
F
Multipleks
Cat anti rayap
42cm x 33cm x 42cm
Tutup rak
G
Multipleks
Cat anti rayap
40cm x 30cm x 40cm
Kaca
H
Multipleks
Cat anti rayap
40cm x 30cm x 40cm
Tutup rak
I
Jati Belanda
Pernis
42cm x 33cm x 42cm
Kaca
J
Jati Belanda
Pernis
42cm x 33cm x 42cm
Tutup rak
K
Jati Belanda
Pernis
40cm x 30cm x 40cm
Kaca
L
Jati Belanda
Pernis
40cm x 30cm x 40cm
Tutup rak
M
Jati Belanda
Cat anti rayap
42cm x 33cm x 42cm
Kaca
N
Jati Belanda
Cat anti rayap
42cm x 33cm x 42cm
Tutup rak
O
Jati Belanda
Cat anti rayap
40cm x 30cm x 40cm
Kaca
P
Jati Belanda
Cat anti rayap
40cm x 30cm x 40cm
Tutup rak
Alat yang digunakan oleh dalam tahap penurunan konsep adalah tabel kombinasi. Tabel kombinasi adalah alat yang digunakan untuk mengkombinasikan setiap alternatif yang mungkin dari setiap kolom. Jadi berdasarkan hasil tabel kombinasi terdiri dari 16 konsep yang didapat dari pohon klasifikasi. Konsep A produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep B produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep C produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep D produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep E produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep F produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep G produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep H produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep I produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep J produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep K produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep L produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep M produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep N produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep O produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep P produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak.












No comments:

Post a Comment