BAB
II
PENURUNAN KONSEP
2.1. Landasan Teori
Landasan teori adalah teori-teori yang
mempunyai hubungan yang erat dengan alternatif
penyelesaian masalah yang digunakan untuk menguraikan pemecahan masalah yang ditemukan pemecahannya melalui
pembahasan-pembahasan secara teoritis. Hal-hal yang akan dibahas pada landasan teori modul
penurunan konsep adalah pengertian konsep, pengertian penurunan konsep, metode
penurunan konsep, tabel kombinasi dan pohon klasifikasi. Berikut
ini merupakan landasan teori berkaitan dengan penurunan konsep.
2.1.1
Pengertian
Konsep
Konsep produk adalah
sebuah gambaran singkat atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan
bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk
memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah produk yang dapat memuaskan pelanggan dan
dapat sukses dipasaran bergantung pada nilai yang tinggi untuk nilai ukuran
kualitas yang mendasari konsep (Ulrich, 2001).
Menurut Ulrich et al., 2000 proses pengembangan produk
yang umum terdiri dari enam tahap. Proses ini diawali dengan suatu fase
perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan tekhnologi
dan penelitian tingkat lanjut. Penyelesaian dari proses pengembangan produk
adalah peluncuran produk, di mana produk tersedia untuk dibeli di pasar.
2.1.2 Pengembangan Produk dan Fasenya
Proses
pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau sering juga
disebut sebagai fase.
Menurut Ulrich dan Eppinger (2012) dalam
bukunya yang berjudul “Product Design and Development”, proses pengembangan
produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu:
1.
Perencanaan Kegiatan perencanaan ini
sering dirujuk sebagai “zerofase”
karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran
pengembangan produk aktual.
2.
Pengembangan Konsep Pada fase pengembangan
konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk
dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk
pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi,
dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi,
analisis produk-produk pesaing serta pertambangan ekonomis proyek.
3.
Perancangan Tingkatan Sistem Fase
perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian
produk menjadi subsistem-subsistem serta komponenkomponen. Gambaran rakitan
akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada
fase ini biasannya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara
fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan
untuk proses rakitan akhir.
4.
Perancangan Detail Fase perancangan detail
mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi
dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen
standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan
dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari
fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk
5.
Pengujian dan Perbaikan Fase pengujian dan
perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dan evaluasi dari bermacam-macam
versi produksi awal produk. Prototipe awal biasanya dibuat dengan menggunakan
komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya,
namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang dilakukan pada
produksi sesungguhnya. Prototipe awal diuji untuk menentukan apakah produkn
akan bekerja sesuai dengan yang direncakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan
konsumen utama.
6.
Produksi Awal Pada fase produksi
awal,produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan
dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan
permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk yang
dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan
pelanggan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi
kekurangankekurangan yang timbul.
2.1.3 Kesalahan yang Dilakukan Tim Pengembang
Kesalahan
yang dilakukan oleh tim pengembang dapat berakibat pada hasil konsep terpilih
dan alternative menjadi tidak sempurna. Kesalahan yang dilakukan tim
pengembang dalam menurunkan konsep meliputi:
1. Hanya
mempertimbangkan 1 atau 2 alternatif. Pertimbangan ini biasanya dilakukan oleh
anggota yang paling agresif dan percaya diri di dalam tim
2. Kegagalan
mempertimbangkan kegunaan konsep yang dipakai oleh perusahaan lain, baik yang
berhubungan maupun tidak dengan produk yang sedang dikembangkan
3. Hanya
melibatkan 1 atau 2 orang dalam proses, menyebabkan kurangnya kepercayaan dan
tanggung jawab dari anggota tim lainnya
4.
Integrase yang tidak efektif untuk menemukan solusi parsial yang
menjanjikan
5.
Kesalahan mempertimbangkan seluruh kategori penyelesaian
2.1.4 Metode penyusunan konsep
Metode penyusunan konsep
terdiri dari lima langkah merupakan metode untuk memecahkan sebuah masalah
kompleks yang dikelompokan menjadi submasalah menjadi lebih sederhana. Konsep
penyelesaian yang dikenalkan untuk submasalah menggunakan prosedur pencarian
internal dan eksternal. Tabel Kombinasi digunakan untuk menggali secara
sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian
submasalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Berikut merupakan metode
penyusunan konsep terdiri lima langkah (Ulrich, 2001):
1.
Memperjelas masalah
Memperjelas
masalah mencakup pengembangan sebuah pengertian umum dan pemecahan sebuah
masalah menjadi sub-masalah. Membagi sebuah masalah menjadi sub masalah yang
lebih sederhana disebut dekomposisi masalah. Langkah yang digunakan untuk
memperjelas masalah terbagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu (Ulrich, 2001):
a. Dekomposisi Fungsi
Dekomposisi fungsi
untuk menggambarkan elemen-elemen fungsional dari produk tanpa menunjuk sebuah
prinsip teknik kerja tertentu untuk konsep produk. Dekomposisi fungsi sesuai
untuk diaplikasikan pada produk teknik dan dapat diaplikasikan juga pada produk
yang sederhana dan nonteknis.
b. Dekomposisi
Berdasarkan Urutan Penggunaan
Pendekatan ini
seringkali digunakan untuk produk dengan fungsi-fungsi teknis yang sangat
sederhana yang melibatkan interaksi banyak pemakai.
c. Dekomposisi
Berdasarkan Kebutuhan Utama Pelanggan
Pendekatan ini
seringkali digunakan untuk produk yang masalah utamanya adalah bentuk, bukan
prinsip kerja atau teknologinya.
Tujuan semua
dekomposisi dapat membagi sebuah masalah kompleks menjadi sederhana sehingga
dapat ditangani dengan lebih terfokus.
2.
Pencarian Eksternal
Pencarian eksternal bertujuan untuk
menemukan pemecahan keseluruhan masalah dan submasalah yang ditemukan selama
langkah memperjelas masalah. Mengumpulkan
informasi dari pengguna utama, pakar, literature yang telah dipublikasikan dan
produk yang berhubungan. Pencarian eksternal menggunakan 5 cara yang baik untuk
mengumpulkan informasi dari sumber eksternal, yaitu:
a. Mewawancara
pengguna utama.
b. Konsultasi
pakar.
c. Mencari
paten.
d. Mencari
literatur yang sudah dipublikasikan.
e. Analisis
(benchmarking) produk terkait.
3.
Pencarian internal
Pencarian internal merupakan penggunaan
pengetahuan dan kreatifitas dari tim dan pribadi untuk menghasilkan konsep
solusi. Pencarian bersifat internal berarti semua pemikiran berasal dari
langkah yang dihasilkan ilmu pengetahuan, kreatifitas dari tim maupun pribadi
yang sudah dalam pengembangan produk. Pencarian Internal memiliki empat pedoman berguna untuk perbaikan baik
pencarian internal individu maupun kelompok:
a. Menunda
keputusan.
b. Menghasilkan
banyak ide atau pemikiran.
c. Terima
ide-ide yang kelihatannya tidak dapat dilaksanakan.
d. Menggunakan
media fisik dan alat bantu spesifik.
Pencarian internal memiliki beberapa cara
untuk menghasilkan konsep solusi.yaitu:
a. Membuat
analogi.
b. Keinginan
dan harapan.
c. Menggunakan
stimulus yang berkaitan.
d. Menggunakan
stimulus yang tidak berhubungan.
e. Menetapkan
sejumlah tujuan.
f. Menggunakan
metode galeri.
4.
Menggali secara
sistematis
Sebagai hasil dari kegiatan pencarian secara eksternal
dan internal, tim telah mengumpulkan puluhan atau ratusan penggalan konsep,
yaitu yang merupakan solusi untuk sub-submasalah. Penggalian sistematik
ditujukan untuk mengarahkan ruang lingkup kemungkinan dengan mengatur dan
mengumpulkan penggalan solusi ini. Terdapat 2 alat spesifik untuk mengatur
kerumitan dan mengatur pemikiran tim, yaitu: pohon klasifikasi konsep dan tabel
kombinasi konsep. Pohon klasifikasi membantu tim membagi beberapa penyelesaian
yang mungkin menjadi kelompok yang independen. Tabel kombinasi memandu tim dalam
mempertimbangkan secara selektif kombinasi setiap penggalan.
5.
Merefleksikan pada hasil
dan proses
Merefleksikan
pada hasil dan proses adalah mengidentifikasi peluang untuk perbaikan pada literasi berikutnya atau proyek yang akan
datang sebagai penyusunan umpan balik. Langkah yang terdapat diakhir saat
melakukan refleksi pada keseluruhan proses dari
perencanaan dan proses strategi, tim untuk memperkirakan kualitas hasil dan
proses. Langkah ini merupakan awal
ini waktu untuk perbaikan masalah yang terjadi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
2.1.5 Tabel
Kombinasi
Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk
mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Solusi untuk keseluruhan
masalah diperoleh dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom.
Memilih sebuah kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa
kita pada penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi biasanya harus
dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi
(Ulrich, 2001).
2.1.6 Pohon Klasifikasi
Pohon klasifikasi
membantu untuk membagi beberapa penyelesaian yang mungkin menjadi kelompok yang
independen. Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan
penyelesaian yang mungkin terjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan
perbandingan dan pemangkasan. Berikut merupakan empat manfaat penting pohon
klasifikasi konsep (Ulrich, 2001):
1.
Memangkas cabang yang
hanya sedikit memberikan harapan.
2.
Mengidentifikasi
pendekatan yang terpisah tehadap masalah.
3.
Mengidentifikasi
perhatian yang tidak merata pada cabang-cabang tertentu.
4.
Perbaikan dekomposisi
masalah untuk cabang tertentu yang bersesuaian.
2.2. Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan menjelaskan hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan
pada penurunan konsep. Hal yang akan dijelaskan adalah data penunjang, pohon
klasifikasi dan tabel kombinasi. Berikut adalah penjelasan dari penurunan
konsep.
2.2.1 House Of Quality
House of Quality (HOQ)
adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam mendesain manajemen yang
dikenal sebagai Quality Function
Deployment (QFD). HOQ memperlihatkan struktur untuk mendesain dan membentuk
suatu siklus dan bentuknya menyerupai sebuah rumah kunci. Dalam membangun
HOQ adalah difokuskan pada kebutuhan konsumen sehingga proses desain dan
pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang di inginkan oleh konsumen dari
pada dengan teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
yang penting dari konsumen.
House of Quality (HOQ)
yang telah disebar melalui kuesioner dan pembuatannya diambil dari kebutuhan
pelanggan tingkat tersier yang dapat dicabangkan. HOQ ini berfungsi memudahkan perusahaan untuk mengetahui konsep
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dimana kebutuhan
pelanggan tersebut dapat diturunkan menjadi karakteristik teknis dari produk
rak toples.
Berikut adalah gambar 2.1 House
of Quality Produk Rak Toples
Gambar 2.1 House of Quality Produk Rak Toples
Berdasarkan
kebutuhan pelanggan yang berasal dari kuesioner yang telah disebar pada 30
responden. Hasil yang didapatkan adalah keinginan pelanggan masih bersifat
subyektif, sehingga hasil dari kuesioner tersebut dapat diterjemahkan dalam
pernyataan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kebutuhan pelanggan yang
dibutuhkan yaitu fitur tambahan berupa kaca pada produk
rak toples, jenis material
yang digunakan kayu multipleks, kapasitas produk yang dibutuhkan pelanggan
berukuran sedang, sifat produk yang diinginkan konsumen dapat bertahan lama.
Berdasarkan karakteristik teknis yang berasal dari spesifikasi produk yang
telah diterjemahkan sesuai kebutuan pelanggan. Hasil karakteristik teknis
adalah jenis material, panjang, lebar, tinggi, inovasi berupa kaca, dan
memiliki ketahanan dipernis pada rak toples.
Costumer importance adalah nilai bobot kepentingan dari kebutuhan pelanggan
yang berasal dari kesimpulan kuesioner tertutup sesuai dengan bobot terbanyak. Customer Importance untuk
menilai bobot kepentingan menggunakan skala likert dari nilai angka 1 sampai 5.
Nilai 1 memiliki arti sangat tidak setuju, nilai 2 memiliki arti tidak setuju,
nilai 3 memiliki arti agak setuju, nilai 4 memiliki arti setuju, dan nilai 5 memiliki arti sangat setuju. Kebutuhan pelanggan
yang terdapat pada HOQ rak toples memiliki nilai bobot pada fitur tambahan berupa
kaca sebesar 5.0 yang berarti sangat setuju, produk berjenis material kayu yang
digunakan mendapat nilai bobot sebesar 5.0 yang berarti sangat setuju,
berukuran sedang pada produk rak toples mendapat nilai bobot sebesar 5.0 yang berarti
sangat setuju, dan produk tahan lama pada rak toples mendapat nilai sebesar 4.0
yang berarti setuju.
How much
merupakan gambaran tentang penjelasan dari perubahan pada produk. Jenis
material yang digunakan yaitu kayu multipleks memiliki simbol yang artinya ada peningkatan pada jenis
material yang digunakan rak toples. Panjang sebesar 42 cm memiliki simbol yang artinya ada peningkatan panjang pada
rak toples. Lebar sebesar 33 cm memiliki simbol yang artinya ada peningkatan lebar pada rak
toples. Tinggi sebesar 42 cm memiliki simbol
yang artinya ada peningkatan tinggi pada rak toples. Fitur tambahan berupa kaca
sebesar 1 unit memiliki symbol 0 yang artinya tidak ada peningkatan pada
inovasi rak toples. Ketahanan yang digunakan adalah pernis yang memiliki simbol
yang artinya ada
peningkatan pada ketahanan rak toples.
Weighted importance adalah nilai bobot kepentingan dari jumlah perhitungan
keseluruhan korelasi antara
karakteristik teknis dengan kebutuhan pelanggan dikali
dengan Customer importance dengan
hasil yang terbesar harus
diutamakan terlebih dahulu dalam pembuatan sebuah produk. Relative importance merupakan gambaran grafik yang dibuat untuk
mempermudah membaca data weighted
importance. Jenis material memiliki nilai weighted importance sebesar 81.0, panjang memiliki nilai weighted importance sebesar 90.0, lebar
memiliki nilai weighted importance sebesar
90.0, tinggi memiliki nilai weighted
importance sebesar 90.0, kaca memiliki nilai weighted importance sebesar 45.0, dan pernis memiliki nilai weighted importance sebesar 36.0.
Karakteristik yang diterapkan pada rak toples yaitu memiliki nilai pada Weighted importance yang memiliki nilai
tertinggi. Nilai tertinggi pada Weighted
importance merupakan prioritas lebih tinggi untuk diwujudkan oleh
perusahaan dibandingkan dengan karakteristik lainnya. Karakteristik yang akan diterapkan yaitu Jenis material yang
digunakan berupa kayu multipleks, panjang sebesar 42 cm, lebar sebesar 33 cm,
dan tinggi sebesar 42 cm.
2.2.2 Pohon
Klasifikasi Keseluruhan
Menurut Breiman et al. (1984), metode pohon regresi
dan pohon klasifikasi adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara peubah respon dengan satu set peubah prediktor. Pohon klasifikasi
bertujuan untuk menghasilkan pengklasifikasian yang akurat dan menjelaskan prediksi data baru dalam tiap
kategori yang terdapat dalam respon
Pohon
klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang
mungkin terjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan.
Pohon klasifikasi rak toples
tersebut memberikan cabang berupa yang dipangkas
dari alternatif-alternatif kebutuhan pelanggan. Pohon kalsifikasi terdiri dari
dua buah, yaitu pohon klasifikasi konsep keseluruhan dan pohon kalsifikasi
konsep terpilih. Perbedaan dari keduanya terdapat pada jumlah cabangnya, dimana
pohon kalsifikasi konsep terpilih telah memangkas beberapa cabang dari pohon
klasifikasi konsep keseluruhan.
Tampilan visual dari pohon klasifikasi mirip dengan pohon dalam posisi yang
terbalik, dimana simpul akar (root node)
berada di atas dan pohonnya tumbuh ke bawah. Semula semua data berada pada
simpul akar dan selanjutnya bercabang menjadi dua atau lebih simpul dengan
aturan pencabangan tertentu. Simpul-simpul baru berisi pengamatan yang lebih
sedikit, dan kemudian masing-masing dapat bercabang kembali menjadi
simpul-simpul yang baru. Simpul akhir yang tidak mengalami pencabangan biasanya
dikenal sebagai simpul daun (leaf node),
yang pada sebagian literatur disebut dengan istilah simpul akhir (terminal node). Sedangkan simpul-simpul
yang bercabang dikenal sebagai simpul antara (intermediate node). Berikut gambar 2.2 Pohon Klasifikasi
Keseluruhan.
Gambar 2.2 Pohon Klasifikasi Konsep
Keseluruhan
Pohon Klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan
keseluruhan penyelesaian yang mungkin, menjadi beberapa kelas berbeda yang akan
memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Pohon klasifikasi konsep keseluruhan
menurunkan beberapa alternatif konsep dari kebutuhan pelanggan yang terdapat
pada matriks HOQ. Kebutuhan pelanggan yang diturunkan adalah fitur tambahan,
jenis material, produk berkapasitas sedang, dan ketahanan. Kebutuhan pelanggan
tersebut akan diturunkan menjadi beberapa alternatif karena belum spesifik. Kebutuhan
pelanggan yaitu fitur tambahan diturunkan menjadi tiga cabang. Pelanggan memiliki tiga alternatif pilihan
dari fitur tambahan yang dapat dipilih, karena keinginan fitur tambahan dari
pelanggan bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan.
Kebutuhan pelanggan yaitu
jenis material diturunkan menjadi tiga cabang, yaitu multipleks, jati belanda,
mahoni. Multipleks dipilih karena memiliki kelebihan yaitu memiliki harga yang
murah, mudah untuk dicari, tidak terlalu berat dan cukup tahan lama. Kekurangan
dari kayu multipleks adalah pori-pori dari kayu multipleks tidak padat,
sehingga tidak tahan jika terkena air. Mahoni dipilih karena memiliki kelebihan
yaitu serat kayu lebih halus dan lebih tahan lama. Kekurangan dari kayu mahoni
adalah harga yang tidak murah, banyak diserang hama, dan pembuatan yang cukup
sulit karena harus di oven terlebih dahulu. Jati belanda dipilih karena
memiliki kelebihan yaitu tingkat pertumbuhan kayu yang cukup tinggi sehingga
mudah untuk dicari. Kekurangan dari kayu trembesi adalah rentan diserang hama. Kebutuhan
pelanggan yaitu produk berkapasitas sedang dibagi menjadi tiga cabang yaitu
memiliki panjang, lebar, dan tinggi sebesar (42 x 33 x 42 ) cm, (40 x 30 x 40 )
cm, (42 x 32 x 42 ) cm. Perusahaan
menyediakan tiga kapasitas produk yang dapat dipilih oleh pelanggan, karena
pelanggan memiliki ukuran sedang dengan pemahaman yang berbeda-beda dari setiap
pelanggan, oleh karena itu perusahaan mencabangkan produk berkapasitas sedang menjadi tiga alternatif.
Kebutuhan pelanggan yaitu
ketahanan dibagi menjadi tiga cabang yaitu, ketahanan dengan cara dipernis,
dicat, dan dicat anti rayap. Produk rak toples memiliki kelebihan tersendiri
ketika hanya dipernis yaitu dapat meningkatkan nilai estetika pada produk rak
toples, dapat melindungi kayu, tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam
pelapisan kayunya, dan cepat meresap pada kayu yang dilapisi. Kekurangan dari
pelapisan kayu dengan cara dipernis, yaitu produk tidak dapat memenuhi
kebutuhan warna yang beragam dari para pelanggan yang ada. Produk rak toples
ketika dicat juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu ketika
produk rak toples diberi cat maka produk tersebut memiliki nilai lebih dalam
hal estetika karena memiliki warna yang diinginkan oleh pelanggan, dapat
melindungi kayu, dan proses pewarnaannya merata karena menggunakan kuas, namun
kekurangannya adalah proses pengecatan membutuhkan waktu yang cenderung lama
dalam hal menunggu cat untuk kering. Percabangan yang terahkir yaitu produk rak
toples dicat anti rayap. Produk rak toples ketika dicat anti rayap juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dengan menggunakan cat anti
rayap yaitu proses pewarnaannya dibandingkan dengan dipernis dan dicat sangat
cepat dikarenakan proses penyemprotan bisa menutupi kayu dengan warna begitu
cepat, dapat beragam macam warna yang dapat di pilih, dan dapat melindungi
kayu, namun kekurangannya adalah proses pewarnaannya tidak merata, warna cepat
memudar, penyerapan warna terhadap produk cukup lama dan harga sebuah cat anti
rayap cukup mahal dibandingkan dengan harga cat kayu pada umumnya.
2.2.3
Pohon Klasifikasi Terpilih
Pohon klasifikasi
digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi
beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan. Tabel
kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi
solusi secara sistematis. Jadi intinya pohon klasifikasi dan tabel kombinasi
kemudian digunakan untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian
tersebut mengintegrasikan penyelesaian sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian
total. Akhirnya dapat dibuat sebuah langkah mundur untuk merefleksikan
validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil, seperti yang digunakan oleh
proses. Pohon klasifikasi konsep ini digunakan untuk memisahkan keseluruhan
penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan
perbandingan dan pemangkasan. Oleh karena itu cabang pendekatan ini tidak
dipangkas dan penulis dapat memusatkan perhatiannya pada cabang pohon yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pohon klasifikasi konsep ini digunakan untuk
memisahkan keseluruhan penyelesaian yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda
yang akan memudahkan perbandingan dan pemangkasan.
Pohon klasifikasi
keseluruhan kemudian dilakukan pemangkasan pada beberapa cabang, sehingga
menghasilkan pohon klasifikasi konsep terpilih. Berikut gambar 2.3 Pohon
Klasifikasi Konsep Terpilih.
Gambar
2.3 Pohon Klasifikasi Konsep Terpilih
Pohon klasifikasi merupakan salah satu cara yang bertujuan
untuk mengeliminasi atau memangkas solusi yang memiliki sedikit harapan.
Berdasarkan pohon klasifikasi diatas diketahui memiliki kepala cabang berjumlah
4, kepala cabang posisi pertama yaitu produk berjenis material kayu, yang
memiliki 3 solusi, pada solusi pertama yaitu multipleks dikarenakan menggunakan
harga, yang murah dan juga bersifat serviceability akan tetapi memiliki kekurangan
terhadap estetika atau keindahan. Pada solusi ke dua menggunakan kayu berjenis multipleks
yang memiliki sifat durability yang kuat akan tetapi memerlukan harga yang
mahal. Solusi ke 3 yaitu berjenis kayu manoni akan tetapi susah untuk dilakukan
perbaikan. Kemudian kepala cabang kedua yaitu produk bersifat tahan lama pada
kepala cabang kedua terdapat 2 solusi yaitu pada solusi pertama yaitu pernis
dikarenakan memiliki estetika pada produk dan juga membuat produk tahan lama,
untuk solusi kedua yaitu cat air rayap yang memiliki daya tahan terhadap hama
yaitu rayap. Pada kepala cabang ketiga adalah berukuran sedang dengan solusi
berjumlah dua, solusi pertama berukuran atau dimensi 42 cm x 33 cm x 42 cm
dengan solusi kedua memiliki dimensi 40 cm x 30 cm x 40 cm. Pada kepala cabang
berakhir yaitu fitur tambahan dengan memiliki 2 solusi yang pertama yaitu fitur
kaca untuk memanjakan konsumen, solusi kedua yaitu yang kedua adalah tutup rak
yang berguna untuk membuat produk terlihat rapih.
2.2.4 Tabel Kombinasi
Tabel kombinasi adalah
daftar data yang menggabungkan beberapa objek dari suatu grup tanpa
memperhatikan urutan. Pembuatan tabel kombinasi bersumber dari pohon
klasifikasi konsep terpilih, dimana setiap cabang dari pohon klasifikasi konsep
terpilih dilakukan kombinasi antara satu dengan yang lainnya.Tabel kombinasi
berjumlah 16 buah konsep yang terdiri dari konsep A sampai P. Berikut tabel 2.1
Tabel Kombinasi
Tabel
2.1 Tabel Kombinasi
Konsep
|
Produk berjenis material kayu
|
Produk tahan lama
|
Berukuran sedang
|
Memiliki fitur tambahan
|
A
|
Multipleks
|
Pernis
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Kaca
|
B
|
Multipleks
|
Pernis
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Tutup
rak
|
C
|
Multipleks
|
Pernis
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Kaca
|
D
|
Multipleks
|
Pernis
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Tutup
rak
|
E
|
Multipleks
|
Cat
anti rayap
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Kaca
|
F
|
Multipleks
|
Cat
anti rayap
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Tutup
rak
|
G
|
Multipleks
|
Cat
anti rayap
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Kaca
|
H
|
Multipleks
|
Cat
anti rayap
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Tutup
rak
|
I
|
Jati
Belanda
|
Pernis
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Kaca
|
J
|
Jati
Belanda
|
Pernis
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Tutup
rak
|
K
|
Jati
Belanda
|
Pernis
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Kaca
|
L
|
Jati
Belanda
|
Pernis
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Tutup
rak
|
M
|
Jati Belanda
|
Cat
anti rayap
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Kaca
|
N
|
Jati Belanda
|
Cat
anti rayap
|
42cm
x 33cm x 42cm
|
Tutup
rak
|
O
|
Jati Belanda
|
Cat
anti rayap
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Kaca
|
P
|
Jati Belanda
|
Cat
anti rayap
|
40cm
x 30cm x 40cm
|
Tutup
rak
|
Alat yang digunakan oleh dalam tahap penurunan konsep adalah tabel
kombinasi. Tabel kombinasi adalah alat yang digunakan untuk mengkombinasikan
setiap alternatif yang mungkin dari setiap kolom. Jadi berdasarkan
hasil tabel kombinasi terdiri dari 16 konsep yang didapat dari pohon klasifikasi.
Konsep A produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di
pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan
yaitu kaca. Konsep B produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan
lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki
fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep C produk berjenis material kayu
multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (40 x 30
x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep D produk berjenis
material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang
yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep E
produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti
rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan
yaitu kaca. Konsep F produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan
lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan
memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep G produk berjenis material kayu
multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu
(40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep H produk
berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap,
berukuran sedang yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu
tutup rak. Konsep I produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama
karena di pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur
tambahan yaitu kaca. Konsep J produk berjenis material kayu multipleks, produk
tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan
memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep K produk berjenis material kayu
multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang yaitu (40 x 30
x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep L produk berjenis
material kayu multipleks, produk tahan lama karena di pernis, berukuran sedang
yaitu (40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep M
produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti
rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan
yaitu kaca. Konsep N produk berjenis material kayu multipleks, produk tahan
lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan
memiliki fitur tambahan yaitu tutup rak. Konsep O produk berjenis material kayu
multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap, berukuran sedang yaitu
(40 x 30 x 40) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu kaca. Konsep P produk
berjenis material kayu multipleks, produk tahan lama karena di cat anti rayap,
berukuran sedang yaitu (42 x 33 x 42) cm, dan memiliki fitur tambahan yaitu
tutup rak.
No comments:
Post a Comment